Menjadi manusia adalah menjadi sakit, tua, dan lupa. Dan menyadari betapa peradaban begitu mudah dihancurkan, untuk kemudian ditata kembali. Seperti merapikan maskara setelah kau menangis dan berpura-pura: tak terjadi apa-apa, bukan? Menjadi manusia berarti bersiap pada perubahan. Kulit mengendur dan rambut beruban lalu perlahan gugur. Yang sulit adalah mengatur perasaan. Menampakkan kewajaran dan menyembunyikan tanda heran seolah berkata: kapan dan bagaimana hal itu terjadi, aku sudah menduganya. Sebab di tangan manusia waktu adalah percakapan rumah kopi, dan tayangan televisi. Sementara cinta - entah bagaimana berulangkali kau mengejanya - adalah persoalan menepis sepi. Padahal keduanya adalah ruang penyekap abadi. Yang dengan menjadi manusia, kita belajar hidup dalam waktu yang cukup untuk menyatakan cinta sebesar-besarnya. Melebihi angan kita tentang hidup kita sendiri, terlebih apa yang jadi ruang lingkup kita sendiri sebagai manusia. 2015