Menyingkirkan Ketakutan

Sebagai manusia, aku tak berakar, hanya lingkungan
menunjang kebutuhanku dan keburukan adalah apa
yang kutinggalkan untuknya. Bukanlah pohon aku ini,
bukan juga mata air. Segala yang segar kuhirup dalam-
dalam, dan yang kembar hanyalah lubang mata
yang semakin hitam - menajamkan ketakutan dan ngeri

yang berasal dari keburukanku sendiri. Apakah aku akan
peduli pada sesama? Atau meninggalkan yang baik pada
generasi mendatang kelak? Itu semua juga ketakutanku sendiri.
Dan hidup kupandang begini: segala upaya adalah menyingkirkan
ketakutan. Memandang fakir diri pribadi seolah tak bakal ada
yang kuabadikan dalam perjalanan panjang ini,

selain menutupi jejak -- aku telah membuat rantai karbon tak berkesudahan.
Meninggalkan polutan dan kelangkaan hewan-hewan. Menjadikan papa
kaum mendatang dari kesegaran alam. Menuliskan hal-hal pribadi
seolah jadi warisan bagi negeri. Dan dari kedua mataku ini, akan datang
rasa sedih tak berkesudahan, yang kuteruskan pada semua pemuda
dan kanak-kanak, yang terus menolak untuk disalahkan atas apa yang terjadi

dari kehidupanku ini.

2015

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun