Malam Tak Selamat



Senja telah lama hilang di alismu.
Bulan yang ingin melihat semburat merahnya
mengintip malu-malu. Seperti rumpun putri malu
disentuh jemarimu. Seekor elang pulang ke sarang
setelah menemu cinta yang hilang -- pada tali dan
tiang kapal di pelabuhan kecil itu.

Kau ragu-ragu; ingin pulang dari mimpi atau
malah datang menjemput tidurmu.

Malam yang baru menggelandang
di atas kotamu, kini menggelinding
ke arah ranjangmu. "Sembunyikan aku
dari para peronda yang gemar membunyikan
tiang-tiang listrik di sepanjang jalan dan gang
di tubuhku!"

Melongok ke bawah ranjang, kau justru
seperti menengok masa lalu. Kau tak menyangka
malam adalah tubuh kecilmu yang dulu
suka telanjang memainkan layang-layang
di tanah lapang.

"Dasar penyair, bukannya menolong
malah melolong seperti melihat hantu."

Malam itu, kau tak bisa
menyelamatkan malam
dari cengkeraman rindu.

2017

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung