Pariksit

Panah dalam tenda, Ananda,
taruhlah dekat dada.

Peperangan ini belumlah usai,
sejuta atau selaksa kita
tetap tercerai.
Tercabut hidup-hidup
dari hidup sesungguhnya.

Dan seseorang sekuat kuda
merasa bisa – lebih dari semua.
Ke tengah-tengah kemah kita,
dia menjumpai mati.
Seorang diri.

Mematut hidup pada redup
nama-nama yang telah tiada.

Panah di dekat dada, Ananda,
pertaruhan sesungguhnya;
antara nyalang mata keris,
atau nyaring suara tangis.

2010

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung