Antares

"Dari sekian sengat, Cinta, inilah yang akan
membuatku tamat. Bengkak merah ini
terlalu besar dibanding sejumlah titik di
kelam tubuhku. Di malam dan di subuhku,
di mana kuingat engkau."

Aku hanya menyusun segugus tanda rindu.
Melantun sejumlah lagu pilu. Agar tetap
di langit gelap, ku dapat merupa wajahmu.

Wajah yang merah dadu.
Wajah yang selalu ragu.

"Duhai. Betapa kita adalah angkasa raya,
Cinta. Adalah luasan di luar segala yang
bisa dikira. Betapa pun engkau sembunyi
di balik kabut itu, ada yang selalu berlari
menjemputmu. Karena kita, Cinta, sekumpulan
tanda bagi para pencari."

Aku nelayan. Di laut berombak maut. Berperahu
kebimbangan dalam hidup. Layar dan jangkar
seumpama ketakutan yang terlalu menjalar.

Di langit. Di kelam sesuatu yang terasa pahit.
Aku menemu madu. Setetes besar berwarna
merah itu. Seperti jangat terkena sengat.
Seperti ingin yang tak hendak tamat.

Kau: rindu paling kesumat.

2011

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung