Seni Mendengarkan #3

Mendengarkanmu menyanyi, ada seribu burung
dan kupukupu terbang tinggi ke wajah alam raya.

Dan pintu surga seolah baru saja dibuka, seratus
mungkin seribu malaikat turun ke mayapada.

Sibuk sekali langit menghitung yang melayang,
sementara awan seolah dipiatukan oleh waktu.

Pepohonan dan gunung hanyalah butir-butir batu,
digerus oleh bulir-bulir nada yang kaulantunkan itu.

Lalu ketika aku bertanya pada diriku: Siapakah aku?
Tak ada yang menimpalinya walau hanya sekadar
meminta ulang pertanyaan itu dengan bertanya: Apa?

Sungguh tak ada yang mendengarkan aku
selain kata-kata yang kutulis untuk menggambarkan
betapa kosong dan tragis nasib seorang pendengar
ketika seseorang bernyanyi merdu

Semuanya, berlaku seperti sekawanan ternak
yang ketika matahari hendak terbenam, beriring
pulang, dan di tengah perjalanan itu, yang dibayangkan
adalah sesuatu yang sungguh tentram.

Sungguh tentram.

2012

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung