Ayah Senja
: Hasan Aspahani 1/ Aku dan Ibu sedang berleha di beranda, saat Ayah Senja datang tiba-tiba. Kukira, dia datang di hari petang, Ibu bilang, "Ini sudah ambang malam." Dan - tadi - dari jauh kudengar dia mengaduh, tapi kata Ibu, "Itu suara langkahnya yang gaduh." Aku dan Ibu bersilang pendapat dan berharap Ayah Senja segera sampai untuk melerai. 2/ Di kejauhan, rambut Ayah Senja mirip langit hampir hujan, dan wajahnya serupa daun yang gugur. K ali ini Ibu dan aku sepemikiran: Ayah Senja sudah sangat kelelahan . Aku bergegas hendak ke dapur, menyiapkan secangkir kopi untuk Ayah Senja, tapi sebelum melangkah, Ibu memberi titah, "Tolong ambilkan sapu, Nak!" Ketika aku kembali ke beranda, Ayah Senja sudah tidak ada. Hanya ada dua butir airmata - yang tampak sangat bahagia - duduk dan tunduk di pipi Ibu. "Kemana gerangan dia, Ibu?" Ibu tak segera berkata, hanya tangannya memungut dua butir airmata yang hampir jatuh dari