Ironi Bagi Para Perenang
Ironi Bagi Para Perenang
“Dewa-dewa, para prajurit hilang
di asingnya medan perang, tak pernah
kita tahu siapa mereka sebenarnya,”
William Meredith
Karena laut adalah penggembaraan,
kegembiraan masa muda, berilah aku
sampan. Bukan gajah betina.
Lengan dan tungkaiku selalu menggapai harapan,
membentuk gerak canggung ke depan, begitu
aku perumpamakan. Bukan gerak balerina.
Kupandangi sekali lagi: ombak dan langit.
Hal-hal serupa pemberontakan sengit.
Dan memastikan: suaraku bukan kata-kata
penuh pesona. Sebuah ledakan dari masa lalu
yang kembang. Kata-kataku belalai gajah
yang siap dan sigap untuk menyerbu,
menyembur. Kata-kataku tumpuan kaki
sebelum menyentuh air. Hingga puisi ini
semacam ruang hampa tanpa warna
di tengah kegelisahan para perenang,
saat menyeberang selat. Kau tak harus
memedulikan kecuali kau benar-benar
merasa begitu haus dan kelaparan.
2014
“Dewa-dewa, para prajurit hilang
di asingnya medan perang, tak pernah
kita tahu siapa mereka sebenarnya,”
William Meredith
Karena laut adalah penggembaraan,
kegembiraan masa muda, berilah aku
sampan. Bukan gajah betina.
Lengan dan tungkaiku selalu menggapai harapan,
membentuk gerak canggung ke depan, begitu
aku perumpamakan. Bukan gerak balerina.
Kupandangi sekali lagi: ombak dan langit.
Hal-hal serupa pemberontakan sengit.
Dan memastikan: suaraku bukan kata-kata
penuh pesona. Sebuah ledakan dari masa lalu
yang kembang. Kata-kataku belalai gajah
yang siap dan sigap untuk menyerbu,
menyembur. Kata-kataku tumpuan kaki
sebelum menyentuh air. Hingga puisi ini
semacam ruang hampa tanpa warna
di tengah kegelisahan para perenang,
saat menyeberang selat. Kau tak harus
memedulikan kecuali kau benar-benar
merasa begitu haus dan kelaparan.
2014
Comments