Seperti Mata Mengundang Cahaya


Berkali-kali aku datang, serupa burung menyusun sarang. Menyatakan
cinta adalah pekerjaan tanpa penyelesaian. Menghadirkan aneka ragam
bukti: telur, ulat, kepompong, kupu-kupu, dan burung yang siap memakan,
sebuah lingkaran kehidupan. Tapi itu semua tak cukup untuk meyakinkan


setiap lubang yang tersusun dari bawah sampai ke atas pada seluruh
dinding kata-kata. Sebab ada seekor burung dengan lapar pada paruh,
gelisah pada mata, dan bunyi pada perutnya pada setiap lubang itu.

Meskipun aku datang dengan gaun yang berkembang, kemben yang
hampir tak menutup dada, serta rambut yang kuikat ke belakang,
selalu saja ada kata yang meminta untuk aku terus datang.

Barangkali, setiap waktu dalam diriku adalah keinginan untuk
menjawab setiap pertanyaan. Bahkan pertanyaan yang menumpuk
dan menutupi diriku sendiri. Karena itu, Kekasih, meski aku remuk

aku terus datang. Seperti mata mengundang cahaya
untuk bisa terus melihat hal-hal yang absurd dan yang nyata.

2015

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung