Orang-Orang Nyanyi di Atas Bukit



Mereka melepas susah dan sakit, mengepas
dan mengemas senyum yang tak sedikit.

Lima atau sepuluh ribu, aku tak tahu -- kata bocah
beraroma ikan -- kalau kau mau turut, ambil tempat
di penjuru.

Mereka melompat seolah sembuh dari lumpuh.
Memekik seperti telah terbebas dari cekik.

Mari menari -- sambut seorang pemuda yang berkali
bersiul, menjentikkan jari dan menggoyangkan pinggul
-- Mau dansa apa? Ardha, boogie-woogie, flamenco,
atau zumba? Saya ahlinya!

Dilihatnya; ada gadis-gadis berhias lengkap,
ada juga yang matanya sembap.

Dari kaki bukit, terus diulur -- air sumur segar,
berkirbat anggur, buah-buahan yang manis
dan cukup umur -- sedang di ladang, di padang
benih terus ditabur.

Mereka bertemu Tuhan? Tanya seorang yang
berjalan lamban. Tidak. Mereka kini lebih bisa tahan.

Seseorang yang jangat wajah dan janggutnya sangat
basah menyahut. Ia menduga orang itu baru tiba,
tapi ucapannya terasa begitu lama mengendap dalam dada.

2016

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun