Rumah
1. Di halamannya, aku bermimpi daun berbentuk hati, separuh hijau, selebihnya kuning tua kecoklatan jatuh dengan asa jadi serasah untuk sebentuk biji berkecambah. Di pagi basah, sebagian dari diriku berdiri memandangi langit cerah. Sebagian lain masih belum bisa tidur. Terlalu banyak rencana di dalam rumah. Terlalu banyak bencana di luar rumah. Tubuhku kolam duka bergolak-golak airnya. Yang ingin kusampaikan padamu -- langit cerah dan akan selalu cerah. Meski mendung akan datang dan hujan akan turun. Kata-katamu, atap dengan pelimbahan yang siap menampung hujan itu. Haruskah aku risau pada hujan? Jadi, aku berdiri di halaman dengan keyakinan seperti daun jatuh itu. Daun berbentuk hati, sebagian hijau, sebagian lagi kuning kecoklatan. Dan tubuhku kolam bergolak-golak airnya. Seperti ada tangan yang terus menerus bergerak di dalamnya. 2. Puisi ini menjadi beranda. Pot-pot bungaran memamerkan warna. Mereka perlu teduhan dan cahaya. Mereka perlu hujan atau air pancuran. Setiap hari, kau be...