Bingkisan


Pertama, kau akan
terkejut saat ia
sampai di hadapanmu,
meski sebelumnya,
dari luar pintu pagar,
pengantar itu telah
berteriak, "Paket!"
dan kau telah melihat
wujudnya -- kardus coklat
berbungkus plastik bening,
masih ditambah lilitan
pita perekat plastik bening,
yang tanpa ragu kau segera
membubuhkan tanda tangan
pada resi yang disodorkan.
Setelah keterkejutan itu
lesap, kau segera merasa
penasaran. Dunia seperti
apa terbuka bagi seekor
anak ayam dari dalam
cangkang telur? Semasam
apa sebutir mempelam yang
tiba-tiba jatuh di halaman
dari pohon yang didera hujan
semalaman?
Meskipun ia telah terbuka,
kau masih juga didera perasaan
untuk memastikan: sebiru apa
baju itu sesuai dengan warna
toska yang kaupesan? Apakah
panjangnya tepat pada pertengahan
betismu? Seberapa mirip ia
dengan gambar katalog yang
membuatmu tertarik
untuk membelinya?
Manusia memang hidup dengan
banyak dugaan dan kecurigaan,
meskipun bingkisan itu sudah
sampai dengan aman di tangannya.
Meletakkan dengan sekenanya,
mengatakan -- "Ah, biasa saja,"
dan melemparkan kardus rumpang
ke keranjang sampah. tampaknya
sebuah apresiasi paling lumrah.
Lalu apa kekecewaan itu?
Berkurangnya saldo tabungan,
yang di awal bulan sudah pasti
tidak diperhatikan, upaya pengantar
mencari alamat yang sudah pasti
tak terlintas sedikitpun di pikiran,
atau sebuah tulisan pada kartu
kecil, "Semoga senang berbelanja
di toko kami" yang kau pura-pura
tak melihatnya? Yang aku tahu;
ia samar tapi nyata, berkisar di
antara kita. Baik aku maupun kau
tahu-- itu tak terkatakan.
2020

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung