Beberapa Puisi Terjemahan

Vladimir Mayakovsky Rasanya Mungkin Berbeda

Seekor kuda
melihat seekor unta
lalu tertawa terbahak
"Betapa
aneh bentuk
dari kuda itu!"
Unta itu membalas:
"Kau - seekor kuda?
sama sekali tak mendekati!
Kau seekor unta yang belum jadi,
sepertinya."
Hanya Tuhan,
yang tentu Mahatahu,
mengenali mereka sebagai mamalia
dari jenis yang berbeda.
1929

Paavo Haavikko Kidung Bunga

Memanggung pokok-pokok cemara;
buah-buahnya berguguran
tiada jeda;
O kau, anak gadis
penebang pohon,
melangkah laksana ancala,
betapa gusar dan betapa megah,
dengar,
kalau kau tak pernah dicinta, kalau aku
tak pernah dicinta (kata-katamu
terpahit
saat kita berpisah), O dengarkan --
buah-buah cemara, menghujan ke atasmu
dengan limpah, tanpa jeda,
tanpa kasih.

Nissim Ezekiel
Malam Kalajengking
"Aku ingat malam saat ibuku disengat oleh seekor kalajengking.
Hujan yang mengucur deras 10 jam lamanya membuatnya merayap di bawah karung beras.
Setelah menyengatkan racunnya -- dari gerak cepat ekor setan dalam ruang gelap -- ia kembali menentang hujan.
Para petani datang seperti segerombolan lalat dan mendengungkan Nama Tuhan beratus kali untuk melumpuhkan Si Jahat.
Dengan lilin-lilin dan dengan lentera-lentera yang memantulkan bayang-bayang besar dari kalajengkin pada dinding-dinding yang gosong karena matahari mereka mencari-carinya; ia tak ditemukan.
Mereka mendecakkan lidah-lidah mereka. Berpacu dengan racun dalam darah Ibuku, mereka bilang.
Mungkin ia masih diam di suatu tempat, kata mereka.
Semoga sejumlah kejahatan dalam dunia yang tak nyata tengah diseimbangkan dengan sejumlah kebaikan akan menurunkan sakitmu itu.
Semoga racun itu memurnikan renjana kedaginganmu, dan ruh ambisimu, kata mereka, dan mereka duduk melingkar di lantai dengan ibuku ada di tengah-tengahnya.
Kedamaian atas pengertian ada pada wajah-wajah mereka.
Makin banyak lilin, makin banyak lentera, makin banyak tetangga, makin banyak serangga dan hujan tak kunjung reda.
Ibuku berputar-putar sambil mengerang di atas tikar.
Ayahku, seorang yang skeptis, rasional, mencoba beragam kutuk dan berkat, borehan, jampi, dan obat-obatan. Ia bahkan membobokkan sedikit parafin pada jempol kaki yang tersengat lalu membakarnya.
Aku lihat api yang menyala-nyala pada ibuku.
Aku lihat sadhu memulai upacara untuk melumpuhkan racun dengan mantera.
Setelah dua puluh jam sengat racun itu hilang."
"Ibuku hanya berkata: Syukurlah kalajengking itu hanya menyengatku dan bukan anak-anakku."

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung