Sebilah Pisau


1.
Aku pikir ini malam. Dan benar,
ini malam. Seharusnya aku sudah
tertidur. Dan setelahnya, aku
bermimpi. Apa arti hidup tanpa
bermimpi?
Pertanyaan itu, pisau tergeletak
di meja dapur. Sebentuk nyawa
adalah taruhannya. Nasib semata
luka. Dengan atau tanpa darah --
luka adalah luka.
Setiap kita tak pernah bermimpi
akan mendapat luka di hidupnya.

2.
Waktu, tahun berapa saja, hari
apa saja, mengiris hidup kita.
Namun, kita tak mampu
menghentikan waktu.
Kecuali, kau adalah luka.
Kecuali, kau adalah pisau.
Pisau yang tajam mengembalikan
kenangan. Membuatmu jadi bayi
di mata ibu. Pisau, anggota keluarga
yang tak ingin kita akui keberadaannya.
Namun, ia ada. Tergeletak di meja
dapur. Di sebelah mimpimu.

3.
Ada malam menjelma pisau.
Pagi harinya, aku tinggal bercak darah
di dinding, di lantai, di jalanan.
Tak ada yang bermimpi jadi pisau.
Tak ada yang bermimpi jadi malam.

4.
Kata adalah pisau.
Kata menembus daging dan jantung.
Malam ini, dalam mimpiku -- kau
menjelma rumah jagal. Tak ada yang
bisa keluar dalam keadaan hidup.
Bahkan yang baru masuk sudah jadi
mayat. Kaku dan diam, tak bisa merasa
apa-apa lagi. Termasuk merasa punya
kawan.
Dingin seperti pisau yang tergeletak
di dapur itu.

2020

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung