Sajak Pertama


Bahkan kita belum tahu
apa arti tangisan itu.
Nyanyi satwa hilang lahan?
Atau tangan kita tak mampu menahan
apa yang tak pernah diucapkan sebentang firman?
Aku mengira; hanya sebuah persembahan.
Aku menjeritkan nama-nama
dan tak ada namamu di sana.
Kau seperti tidur,
seperti terkubur.
Kita menggali waktu.
Di sana -- kita akan bertemu.
Bahkan kita belum tahu
apakah kita memang akan bertemu.
Ada yang membunuh diriku.
Ada yang menuduh; kaukah itu?
Dalam kalam: kita akan terus
diperjalankan. Kita merasa harus
menemukan. Sebuah jalan berarti
pagar terbuka, dan kita tak lagi
duduk di taman. Kita sibuk dengan
seluruh pikiran, tapi tak pernah berjalan
ke mana-mana. Kita bergerak
dengan bermacam kehendak.
Aku mencarimu.
Kau mencariku.
Sampai seekor gagak mematuk tanah.
Mengajari kita menyimpan darah tumpah.
Dan kita berlari ke sembarang negeri.
Kita menghindar dari sekeranjang ngeri.
Beban itu bernama cinta.
Karena beban itu kita bersuara.
Jangan mengira ini hanya persembahan.
Ini lebih dari mengira sebuah seruan.
Yang kita sangka sebagai tangisan --
meski baru sebuah akanan.

2020

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung