Posts

Showing posts from April, 2007

Aneh ..Kok saya tidak pernah diberitahu ya?

Iseng-iseng, saya mencari nama saya sendiri lewat mesin pencari google dan ... eng ing eng ... di Halaman Khazanah Pikiran Rakyat edisi 23 Desember 2006 dua buah puisi saya nongkrong manis di sana; ini link nya : http://72.14.235.104/search?q=cache:pposG8pUUwQJ: www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/122006/23/khazanah/ sajak.htm+dedy+tri+riyadi&hl=en&ct=clnk&cd=2 dan ini sajak² nya : Dedy Tri Riyadi Dongeng di Kebun Mawar Dahulu ada tukang kebun yang pandai mendongeng tak dibiarkannya sekuntum mawar luruh begitu saja tanpa makna dongeng yang paling sering diceritakan adalah rupa si pemilik kebun seorang Ibu dengan bekas luka goresan duri lalu mawar itu layu dengan malu yang tak terkabarkan Jakarta, November 2006 Dedy Tri Riyadi Di Beranda di beranda Bapak ajari kami menghitung undakan sebagai jarak antara rumah dan halaman sebab katanya setiap langkah harus diperhitungkan di beranda Ibu ajari kami arti kesabaran ba...

Sebagaimana Basah Seperti Itulah Resah

Sebagaimana basah, gelombang itu datang menyapa pasir, terumbu, dan bebatuan karang di pantai, aku tidur bersama kenangan, dia yang terus bertanya tentang penampilan "Menarikkah tubuhku jika berwarna kecoklatan?" Mungkin aku tak perlu menjawabnya sebab kudengarkan laut menyanyi tanpa jeda sebagaimana resah menggulungkan badan tak akan pernah berkesudahan "Kau suka jika tubuhku selalu basah?" Kepada matahari yang tak inginkan singgah kutudungkan malam di sekujur luka terdedah "Sudah cukup kita bermain, Penyair. Mari kita pulang!"

Hitam

Bagaimanakah hitam akan kusebut sebagai hitam? wajah bulan masih terang mayat malam mengambang sungai-sungai kehilangan bimbang pokok di hutan mendanaukan tenang penyair menyadap sepi yang rindang Lalu apakah itu hitam? Ibu berjanji tak akan pulang bapak tak sebut alamat 'tuk menghilang lagu kanak-kanak tak lagi riang kami pun menolak bayang terang Apakah hitam datang untuk menorehkan senyum panjang pada pipi kunang-kunang?

Bagaimana Kusebut NamaMu?

Angin yang berkesiut dedaunan bergoyang lembut rintik embun pun melarut di dalam tubuh kabut Di dermaga tua nelayan pulang melaut kudengar namaMu disebut inikah waktu tahajud? terpantul dari bayang laut sebuah panggilan tak pernah surut

What do You do to Comfort any Waves?

: To D & L Some says love is like waves, honey It never stops ashore up to our body but this kora kora ship is very bravely sailing in the ocean alone, with its flag waving in a half of the pole. This is a cripple soul. And, we are an arid shore, honey which has a passionate heart for the waves, we also subsides any ebb-tide and asks to each other a long the line of shore, “what do you do to comfort any waves?” In the morning, a sailor man down by the harbor back to his home. And by the sunset, we’ll say to him, “Have a big journey for struggling.” 2007

Dengan Apakah Kaudamaikan Gelombang?

: Kepada D & L Nun, cinta adalah gelombang, Sayang tak henti-henti menerjang badan namun ini kora-kora pemberani, berlayar di samudera dengan bendera setengah tiang. Jiwa yang pincang. Dan, kita adalah pantai-pantai gersang, Sayang tak letih menanti pasang, menyurut tiban dan saling menanyakan sepanjang badan, “Dengan apakah kau damaikan gelombang?” Sebab pada pagi, nelayan turun di dermaga mengarah pulang. Sedangkan di waktu senja, kita berucap padanya, “Selamat berjuang.” 2007

Steven Kurniawan (www.sketsa-puisi.blogspot.com) Menulis Toko Sepatu

Toko Sepatu : Dedy Tri Riyadi tak pernah ada yang sungguh membutuhkan sepatu sebelum mereka mampir ke tokomu yang lucu itu 24 April 2007

Mata yang Kupandang Dari Sebuah Iklan Obat Tetes Mata

"Sepi menetes sendirian", saat kupandang sebuah tangisan Namun, Matamu bicara lain "Lantas kenapa aku harus berpasangan?" Dan karena itu, airmataku segera memeluk mataMu

Kehidupan di Dalam Celanadalam

aku sering menyelip ke sana-sini, tanganMu tak segan membenarkan kembali

Iklan Gincu, Ya Begitu

Bukan malu karena pucat bibirku, namun takut salah menyebut namaMu

Raungan Iklan Pengharum Ruangan

"Bagaimanakah mengharumkan sepi?" dari televisi, sebuah iklan pengharum ruangan menghambur ke luar jendela "Siapakah yang datang menghampiri?" di kamar mandi, aku setengah mati bergulat keluar dari celana

Tersesat pada Iklan Party Line

"Sepi selalu menyesatkan", Kau menukar kisah, aku menakar desah Dan katamu, "Biar. Biarlah tubuhmu selalu basah."

Iklan Sekolah Berkualitas dan Bergengsi

Tangisan Bunda membuat anak belajar membuka mata

Pertanyaan untuk Iklan Sepatu

Apakah jalan menuju rumahMu teramat sulit dan berbatu?

Gagalnya Sebuah Iklan Kalkulator

Deretan tombol yang tersedia tak pernah sesuai dengan deretan angkaMu

Sebuah Iklan Parfum yang Tak Wangi

Adalah bau keringatMu yang teramat ingin kuhidu

Di Dalam Sebuah Iklan Celana Dalam

Yang ingin kutonjolkan adalah Dia, yang selama ini selalu kusembunyikan

Iklan Lowongan Pekerjaan Pertama Di Dunia

Sesampai di bumi, Adam memasang iklan : Dibutuhkan seorang pemandu wisata

Kompleks Perumahan yang tak Pernah Beriklan

Kurang dari 5 menit untuk sampai di rumahNya

Yang Selalu Disembunyikan oleh Iklan Mobil Mewah

Sempitnya lahan parkir di rumahMu

Yang Tercuci oleh Iklan Pencuci Rambut

1/ Maaf, sisirMu tergelincir saat aku merapikan rambut seusai mencucinya 2/ Kau semakin jarang membelai rambutku yang semakin panjang 3/ Tak dapat kuuingat kapan terakhir kali memunguti rambutku yang rontok di bantalMu 4/ "Ini kepala siapa?" Sehabis dikeramas, helairambutku lupa di manakah akarnya tinggal

Komentar Masyarakat Terhadap Iklan Pesan Layanan Masyarakat

Semuanya sudah tersedia. Ada lagi yang ingin kau pesan, Tuan?

Bagian Dari Iklan Sabun Mandi yang Paling Dinanti

Usai dimandikan kemanakah dia pergi?

Gara-Gara Anak Tertipu Iklan Makanan Ringan

Bapak kehilangan kantong celananya, sedangkan Ibu keluyuran mencari asap dapurnya

Setelah Menonton Iklan Susu Formula

Anak mencari tanggal kadaluarsa di payudara Ibu

Sesaat Sebelum Peringatan Pemerintah Muncul pada Iklan Rokok

Ada sepi dihembuskan, Ada nyeri dirasakan

Adegan Iklan Bumbu Penyedap Rasa yang Tidak Pernah Ditayangkan

Bapak mengencangkan ikatan celemek di punggung Ibu

Tukang Semir

Di pintu tempat ibadah, seorang penyemir sepatu mencegat langkahku, "Bolehkah saya semir sepatunya?" Tanpa menoleh, aku berlalu Ketika berdoa, Tuhan menegurku, "Bukankah kau selalu inginkan Aku menyemir hidupmu?"

Rumah Kuburan

Puisi, seringkali bertamu ke Rumah Sepi Suatu kali, diajaknya aku untuk turut serta Ketika sampai di sana aku kaget bukan buatan, "Bukankah ini kuburanku sendiri?"

Tajuk Berita Ini Hari

Pria tua di kedai kopi bertanya pada koran pagi "Apa tajuk berita ini hari?" Yang ditanya, hanya menunjuk luka tepat di tengah dahi "Ada penembakan lagi!" Pria tua itu manggut-manggut, mengelus jenggotnya yang sejumput lalu secangkir kopi pun diseruput "Ah, Nikmaaat...." Setengah terlipat, koran terperanjat "Ada yang sekarat kamu masih bilang nikmat?"

Episode Terakhir Jomblo

Puisi menegurku, "Apakah kau bosan berkencan dengan sepi?" Sambil tertawa aku bilang, "Aku sudah tak sabar ingin menikahi!" ============================================ The Last Episode of Bachelor Poem says to me,”Did you bore dating the silence?” While laughing I answer, “I’ll marry it in hasty condition!”

Sepenggal Iklan Obat Batuk

Setelah letuskan nyeri pertama, sepi meringkuk di dalam dada ===================== terjemahan Rilla Romusha Fragment of Cough Medicine's Ad After erupting ache at the first, the silence curled in the chest

Pada Ziarah yang Kedua

aku kembali membaca nisan ini, memastikan yang ditoreh sepi adalah puisi ===================================== terjemahan Rilla Romusha ; At the second visit I again reading this tomb to ensure that carved by silence is a poem

Kubur Kosong

Pada sepi yang ketiga bangkitlah puisi menuju Surga ====================== terjemahan Rilla Romusha ; Empty Grave At the third silence up the poem to heaven

Kepada Embun

Angin tak pernah meluruhkan sebagaimana hujan yang tak akan mengekalkan Pada akhir sebuah malam, engkau akan datang diam-diam Hingga aku tak pernah tahu itukah kau atau hanya air mataku =========================== terjemahan : To The Dew Wind never makes it fall, nor the Rain never makes it being eternal In the end of the night, in silent you come to my sight So I never get realize; that is you or my tears crystallized

Kepada Tanah

1/ Adalah tanah, madah langkah yang sering kaujejakkan dengan darah, ketika kau daki bukit sejarah Seperti itu pula jejak-jejakmu saat kaususuri susu Ibu, tersebab puisi adalah sepatu yang melintasi tubuh berbatu Hingga, begitulah puisi telah jadi langkah kaki yang telapaknya memenuhi rongga hati 2/ Adalah tanah, di mana sepi melangkahkan kaki hingga puisi terhenti di pintu sukma Ibu bumi Dan kita, adalah sepi tak bertepi

Samson dan Delilah

"Inikah rupa gunting? Dua buah bilah yang bersatu untuk membuat sesuatu terpisah" Samson memandangi gunting di tangan Delilah. "Ya. Seperti itu pula bentuk pengkhianatan." Delilah menyusut airmata yang bercucuran.

Petani yang Memeluk Bayang

Di ujung sepinya malam, Petani mencari bayangnya sendiri. Diketuknya pintu rumah Bulan, "Adakah bayangku bermalam di sini?" Bulan mempersilakan dia masuk dalam doa yang semakin khusyuk, dengarkanlah zikirnya; "Tanah masih basah, rumput masih rendah, kenapa sapaku lemah, dan di depanmu, aku merasa gundah?" Petani pun merasa kehausan, Bulan telah sediakan minuman ; air mata kenangan Menjelang pagi, Petani kembali dijemput sepi sedang bayangnya mengikutinya tiba-tiba. Petani pun kaget, "Kamu dari mana tadi?" Bayang petani tetap senyap, Bulan pun segera lenyap. Di langit pagi,saat terlihat matahari Petani memeluk bayangnya sendiri

Senja di Sebuah Telaga

Image
Inilah hujan itu, kenangan yang menguburkanmu dan basahnya selalu menyelinap ke dalam sepatu Di langit, awan mulai memutih sekawanan burung mulai hijrah Pada payung tak sempat kututup rapih, namamu kusebut dalam desah Inilah potretku, pecinta yang terpasung dalam lembaran kisah ; senja di sebuah telaga

Mandi Hujan

Image
gambar diambil dari sini Cinta itu pintu, cuma kau sering lupa kuncinya Hujan itu rindu, awan yang tergoda tubuh bumi Itulah sebabnya kita, di masa kanak-kanak sering tergoda untuk keluar dari pintu dan mandi air hujan

Sesepi Rindu, Serindu Sepi

Sesepi rindu malam pudarkan bayang bulan angin waktu berkesiut pelan tubuh ini pun mulai membatu Serindu sepi pucuk jati senandungkan lagu musim yang terlalu angkuh tersebab apa kau merasa sendiri?

Sepasang Sepatu yang Tertinggal di Via Dolorosa

Image
Sepanjang Via Dolorosa, luka di tubuh sepatu semakin mengangga, apalagi ketika Tuannya mulai dibaringkan pada bilahan kayu. Akhirnya sepasang sepatu terluka itu terbuang begitu saja, orang-orang lebih tertarik pada jubah yang berwarna ungu. Sepasang sepatu itu tak pernah mengerti mengapa mereka dicampakkan, yang kiri mencari luka di tubuh kanan, sedang yang kanan ingin merasakan derita kiri yang hilang. Mereka berdua berharap dapat segera kembali disatukan, sebab apalah arti kiri dan kanan jika keduanya benar-benar dipisahkan. “Sesungguhnya, sorak sorai manusia pada siang ini adalah nyanyian sunyi, sebab sebentar lagi petang datang menjelang." Yang kanan telusuri jejak yang kiri. Akhirnya sepatu itu kembali tersenyum, mereka bertemu dalam pedih. "Aku ingin ikut denganNya ke surga!", tiba-tiba sepatu kiri menghiba. Yang kanan menahannya, dia sangat takut kehilangan pasangan. "Jangan, baiknya kita tetap di sini, sebab Dia akan kembali pada ...

Shoes of Adam and Eve

/1/ Unfinished Fruit’s Eucharistic Yet some sounds heard in frantic “What’s that, Adam?” Eve is frightened out Undressed Adam won’t to come out “I do not know, Eve. Better us off in silent.” In front of the heaven’s door, two pairs of shoes dropped by Adam and Eve closing up more Then Snake quietly says, “The time, Time of gets them in absent!” /2/ GOD have told nouns to Adam, but these things for him are still unknown “They are shoes, a protection for thy feet. In order the two of thee will be far in fleet.” So in hurry, Adam practices to use the shoes. In other hand, Eve learn that left and right are union in two different positions. /3/ After they’ve gathered in the earth, Adam asks Eve to have their shoes in cleanse “Art thee sure we’ll walk back home?” Without answering Eve, Adam begins to make his shoes polished.

Sepatu Adam dan Hawa

Image
/1/ Perjamuan buah belumlah lengkap, tiba-tiba terdengar sesuatu berderap “Suara apakah itu Adam?” Hawa ketakutan Adam yang tanpa seluar tak berani keluar “Entahlah, Hawa. Sebaiknya kita diam saja.” Di depan pintu surga, dua pasang sepatu tengah diletakkan. Hawa dan Adam semakin erat berdekapan, Sang Ular mendesiskan kata, “Waktunya telah tiba!” /2/ Tuhan telah mengajarkan berbagai macam kata benda kepada Adam, tapi benda yang ini belum pernah dia temui. “Itu adalah sepatu, pelindung kakimu. Sebab kalian berdua akan berjalan sangat jauh.” Maka segeralah Adam berlatih menggunakan sepatu, sedangkan Hawa belajar memahami bahwa kiri dan kanan adalah satu kesatuan berbeda sisi. /3/ Sesaat setelah berkumpul di bumi, kepada Hawa, Adam meminta untuk merawat sepatu-sepatu mereka, “Kau yakin bahwa kita akan berjalan kembali ke surga?” Tanpa menjawab pertanyaan Hawa, Adam mulai menyemir sepatunya.

3 Episode Pendek

1. Episode Waktu : Sepisau waktu mengerat sebuah pertemuan; kau dan aku sama-sama terluka 2. Episode Jarak : Jarak adalah erat jabatmu, pada setiap berat langkahku 3. Episode Tangis : Kenapa harus ada tangis? sedang sepi selalu menemani. aku sedemikian juga kamu, tak pernah benar-benar sendiri.

Malam Sehabis Hujan

Bulan hanya lingkaran putih semu, apa lagi yang masih kau tunggu? Dan debu di sepatumu, telah lama berganti basah.

Libido Seorang Penyair

: Yo Di hadapanmu, aku melukar tubuh. Dan sebelum kata mengaduh, aliran peluhku tak akan pernah berhenti. Sebab kau, cinta sejati yang selalu ingin aku gauli hingga makna terlahir nanti; aku adalah kau sendiri

Mencuci Sepatu dari Debu

/1/ Mencuci sepatu ibarat membasuh debu di perjalanan hidupku, dengan sabun nomor satu : air mataku. /2/ Ibu pernah berkata, "Lebih baik kamu lebih sering berjalan tanpa alas kaki. Merasakan bebatuan itu menguatkan tulang, juga pijat refleksi gratis untuk telapak kaki." "Ah, Ibu. Kenapa setiap kausebut telapak kaki, sepatuku tak berhenti menangis?" /3/ Dengan debudebu di sepatu aku bertayammum, untuk mencium wangi surga pada telapak kaki Ibu.