Caping

kepalamu yang petani, kerap menggarap ladang matahari.
menjalinnya agar ia serupa jala maya daun kelapa,
atau runcing jejarum bayang cemara yang menusuk mata.

di antara pematang, kepalamu bergoyang-goyang.
hingga lusuh kain selendang berhendak mengekalkan.

ah, aku ini meraga angin. iri pada rasa kebahagiaan yang lain.

kepalamu begitu rajin mencuri mataku dari bukit-bukit itu
hingga di tepi laut, di mana seharusnya sudah kularung
perahu, kayuh, dan selubung senja yang menua.

ya. aku sudah merasa yakin. meraba segala yang mungkin.

tapi kepalamu petani yang rajin. dijelujurnya sepanjang
pandang ini dengan segala benih. seperti tak kenal letih.

dan sepertinya aku yang angin tak akan pernah betah
meningkah di akar anak rambutmu.

2009

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun