Maktab

1.
di luar kita - katamu - sudah terlalu banyak perahu
disesatkan suar, terlalu sesak pejalan kaki ditipu
trotoar, dan ada banyak malam tidur telanjang tanpa bulan.

sebab itu, kau tulis ulang isi kitab pada jendela,
di mana pucat pantai beradu temaram cahaya kota
hingga pias wajah bulan terbelah dua.

lalu kau selipkan sesudu rindu di muka pintu, mungkin
masih ada sadak jejak sepatu - serupa kenangan yang
timpang dan terguncang sepanjang jalan.

"agar mereka tak pernah lupa jalan pulang", katamu.

2.
lalu kau hapus nama-nama di kitabmu; nama pahlawan,
nama pejuang, dan nama mereka yang terbunuh
dalam diam.

namun kau tak pernah menghapus namanya, pelancong yang
datang di suatu malam bertahun silam. "harus ada yang
mesti disalahkan dari hari-hari
yang lelah berlari", katamu.

dan kenangan, tetaplah pembunuh ulung! setelah kau bubuhkan
tanda tangan-di halaman kitab paling belakang- kau menghilang.

tinggal pendar bulan mengiris-iris dinding kamar.


2009

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung