Potret Tukang Sado
Potret Tukang Sado "Hidup adalah perjalanan," demikianlah dia memulai pembicaraan setiap kali aku berjumpa dengannya. Dengan cekatan dia menghela tali kekang dan dari mulutnya terdengar kata-kata yang nampaknya sangat dimengerti oleh kuda berkulit coklat yang dari dalam sado hanya kulihat pantat, ekor dan surainya yang bergerak-gerak. Setiap hari minggu, ada seorang anak yang duduk di depan bersamanya. Si Tukang Sado tidak pernah mengenalkan siapa anak itu kepadaku, sehingga aku menduga bahwa itu anaknya. Hanya pernah dia tertawa sambil berkata,"Anak ini terjebak dalam lagu." Tanpa sadar aku pun mengikuti ketersesatannya itu sambil memutar lagu yang dia maksud; Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota... Ah, akhirnya aku tahu siapa anak itu! Pastinya, Tukang Sado itu pun dulu seperti anak itu. Dia tidak akan pernah bisa berkata "Hidup adalah perjalanan" jika tidak pernah tamasya naik sado keliling kota. Sampai akhirnya ketika ayahnya menua dan sakit-sakitan,