Yang Kuman, Yang Lautan

Kau koloni kuman, Lautan yang kuseberangi seorang diri
dengan mata terpejam. Bukan lantaran kau begitu menakutkan,
tetapi menaklukkanmu adalah beragam kemungkinan.

Aku, perahu kebimbangan. Cadik patah, layar terbelah.
Ombak setinggi lutut, menekukku sepenuh kalut.
Pulau dan pepohonan seperti kenangan membayang.
Menghiba-menghimbau agar aku cepat pulang.

Kitakah lambang perjuangan? Di dinding candi, di gambar
selembar uang. Kisah nenek moyang yang tersengal - terpenggal
pada lirik lagu.

Seperti punggung ikan paus tertikam harpun.
Menyelam! Tenggelam!

Sebelum pukat, sebelum jerat.
Sebelum pantun bernada laknat.

2010

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun