Yang Meriam, Yang Karam

Duhai Sumbu; kesabaran melalui hari-hari berdebu,
pijar apakah itu di tubuhmu? Yang selekas redup ragu,
setegas percik api ke arah punggung panggung bisu.

Dan bola-bola besi; teguh hati juga langkah diri,
ada masanya terlepas dan berlari.
Menuju-Mu mesti. Melaju tanpa henti.
Pas. Pasti!

Telah kuukur laju angin, Nahkoda.
Telah kutekur segala; yang mungkin
dan yang tak mungkin.

Sebab dari meriam,
harus ada yang karam.
Terhenti dan menjadi abadi.

2010

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung