Posts

Showing posts from February, 2013

Sulit Sekali Berucap Selamat Malam

Jika saja aku tahu, kapan matamu akan menutup, kupastikan ada semacam kecup, pada kedua kelopakmu, tanpa membuatnya membelalak kembali. Jika saja aku tahu, permintaan apa sebelum kata 'amin' dalam doamu, kugamitkan pula permohonanku : Tuhan akan menjagai jiwa kita, tanpa rayu, tanpa ragu. Dan meski malam gelap lengkap, mimpi lekas menyergap, Aku masih sulit sekali berucap selamat malam kepadamu tersebab kunangkunang kenangan berkejaran, berpijaran. 2013

Jangan Intip Aku dari Jendela Saat Aku Meninggalkanmu

Pohonan di halaman tak ingin menggugurkan daunnya, aku tahu, meski angin tergesa datang Kesepian tak ingin menunggu kesiapanku, engkau tahu, meski rindu berdesir kencang 2013

Arwana

Sisiknya berkilau Bisiknya menghimbau Aku mata kail Nyeri sepi yang jahil Menariki tangkai joran Menaiki langkai heran Oi, kecipak!  Kecupkan beragam sibak Telaga seperti luas makna lepas kata-kata 2013

DI Sumur Yakub

Ia tahu ada hal-hal tak pantas telah ditebas, dan debur timba di dasar sumur, memperbincangkan nasib anak-anaknya kelak. Ia yakin, hidup tak seperti petualang kehausan, lalu berihwal tentang mata air dan air mata. Ada yang harus menjadi awal untuk bisa menentukan apa yang kelak diakhiri. Setidaknya, ada yang harus ia pegang, seperti tali yang terulur, yang di ujungnya ada timba dalam sumur, supaya dia bersiap pada yang datang dan meminta minum, bertetap pada yang terus berkembang tanpa mengenal titik ekuilibrium. Lalu seperti ada sekumpulan orang yang pulang, entah dari padang mana, ia tahu, ada saat-saat dalam hidup ini, untuk memahami: kau hanya perlu menunggu. Hanya menunggu. 2013

Kota dari Kata yang Dicetak Miring

Di gapura atau di papan bandara, tak ada ucapan: selamat datang . Hanya sepasang rahasia menggantung, sepalsu sulap saputangan berubah warna. Burung-burung di taman terhubung kisah dalam kitab yang ditafsirkan sebagai jalan limbung ke arah gunung. Para pemancing - yang di punggungnya menyimpan tanda kurung - adalah peneliti kesalahan. Dan para pencari pekerjaan akan menuliskan pesan kematian pada pohon teduhan. Kau tak perlu merasa bersalah bila hanya ingin duduk di taman, lalu memandang ke arah gunung, dan sesekali membaca aneka pesan yang mirip obituari itu. Dan aku juga belum tentu dianggap benar karena telah mengajakmu pesiar di kota ini. Sebab sudah pasti kepak burung-burung itu membuat kita bingung lalu merasa ada yang harus kita kejar bersama waktu. Tapi, di kota ini, kita dituntut banyak bersabar, berbesar hati menanggung lapar, juga rajin membaca puluhan kisah yang dikumpulkan oleh kitab itu. Sebelum ada yang datang mengundang: mari masuk ke rumah...

Bercermin di Hari Paskah

Penjelasan-penjelasan masa lalu begitu ungu dan histeris. Mungkin Maret atau April akan tampak seperti permen karet yang ganjil. Ada bilur tak lerai di situ. Sementara dedaunan palma trubus, dan angin terasa tandus. Sehelai anak rambutmu seperti masa depan tergantung. Membelah begitu sengit di bagian atas cermin sebagai sebilah jerit. Panjang dan tipis. Wajahku lantas menjadi bagian paling kacau bagi sejumlah perkiraan dan waktu yang mendengung di dinding. Hingga aku merasa inilah saatnya aku memakaikan after-shave beraroma cedar atau pinus pada pipiku yang tirus. Hanya untuk mempertegas: betapa gontai langkah keledai muda itu. Tapi aku menduga ada bagian hampa menganga. Seperti gerbang kota. Dan ribuan orang masuk untuk mabuk. Telanjang dan telentang dalam kepura-puraan berwarna kelabu. Sedangkan arak dan anggur dibaurkan hingga hitam. Sepekat mataku. Secepat apa yang dilamatkan dan dialamatkan pada angin itu. Anting-anting yang ragu: kupasang atau kubuang....

Sabar

Perlu waktu 17 tahun menunggu, dari tumbuhnya umbi, hingga mekarnya Amorphophallus titanum itu. Sedangkan di sini, aku seolah menghentikan masa agar kau kembali tersenyum. 2 Juli 1937, segenap perhatian dunia tersita saat Earhart secara misterius hilang di dekat Pulau Howland, dan kini seluruh perasaan kucurahkan, seolah aku begitu haus pada hal-hal yang menyenangkan, yang barangkali hal-hal teramat sederhana, seperti mekar bunga peoni dalam sajak Su Shi, atau kalimat penghiburan: innalillahi... hingga waktu tugur, meski ada yang tengah gugur; sebuah teorema bahwa menangis adalah bercerita tentang duka dengan bahasa yang bisa diterima di mana-mana. Mungkin ini saatnya, aku belajar bersabar, seperti menunggu fajar selama 6 bulan di kutub utara atau selatan. Atau ini saatnya untuk menitipkan tawa terkikik di setiap detik pada jarum arloji, hingga cabar apa yang kau katakan sebagai duka : perihal yang melesapkan senyum. 2013

Beginilah Aku Mengingatmu

1. Hanya 1,6 kilometer jarak tempuh gelombang radio di tahun 1900, dan tahukah  kau,  yang dipancarkan adalah kode "CQ" yang berarti: aku mencarimu. 2. Hanya perlu 20 menit mengangkasa di atas kota, Stephen Wiltshire dapat menggambar lengkap, lanskap New York. B egitu hebatnya kekuatan ingatan, bukan? Tak akan pernah  bisa kau ukur dengan ribuan kilometer jarak. Seperti ingatan akan engkau yang mendesak di kepala, bahkan pada setiap gerak roda bus luar kota ini. 3. Robert Peary, di atas Tanjung Colgate, tahun 1906, mengira telah melihat pulau besar yang lantas dijuluki Tanah Crocker, yang berkilau di barat laut kira-kira 120 kilometer seberang Laut Kutub. Dan kita tahu, tak pernah ada apa-apa di situ, sama seperti aku mengira ada wajahmu berkelebat saat kupandangi tubuh jendela bus yang berlari dari kota ke kota lainnya. 4. Dalam keadaan hampa udara, selembar bulu ayam dan sebongkah batu, akan jatuh pada waktu bersamaan, seperti halnya perjalana...

Padahal

Padahal, ada yang terlalu ingin diucapkan lebah itu sebelum dia mengecap nektar bunga. Padahal, ada yang sangat diharapkan oleh bunga saat dengung itu terdengar dari jauh. Sementara, daun yang sedikit bergerisik itu, hanya inginkan cahaya yang sampai padanya berbisik - adalah cinta yang tadi membuka tirai pagi, dan menuntun lebah pada bunga, setelah embun turun di tubuhmu. 2013

Perbincangan Senja

Senja tak pernah kehabisan kata-kata, meski langit lazuardi lenyap jadi gelap Direngkuhnya matahari makin erat. Seperti udara di kotamu yang makin pengap. Senja selalu mengajakmu berbincang, meski soal sepele seperti lesap ratap (seorang perempuan baru selesai menangis, kau dengar tadi?) pada kepak alap-alap. 2013

Dunia di Balik Riak Kata-Kata

Serempak, anak-anak kelopak bunga berteriak pada kupukupu yang hendak singgah itu - jangan kau injak embun di punggungku! Terkejut, meskipun tetap bergayut, kupukupu itu menyahut - jangan kau halau aku dari madu! Matahari, ikan besar berwarna terang di dasar kolam langit, tersenyum genit. Betapa riuh dunia di balik riak kata-kata, katanya, bukan mengeluh. 2013

Kira-kira

Kira-kira, apa yang dipikirkan daun yang terlepas dari tangkai itu? Kira-kira, apa yang diinginkan tangkai yang melepas daun itu? Kira-kira, apa yang mesti ditabahkan oleh tanah saat menerima daun yang jatuh itu? Hanya angin makin tersipu, sebelum sempat dikipas dan terlepas  dari anak rambutmu. 2013