Kota dari Kata yang Dicetak Miring


Di gapura atau di papan bandara, tak ada
ucapan: selamat datang. Hanya sepasang
rahasia menggantung, sepalsu sulap
saputangan berubah warna.

Burung-burung di taman terhubung kisah
dalam kitab yang ditafsirkan sebagai
jalan limbung ke arah gunung.

Para pemancing - yang di punggungnya
menyimpan tanda kurung - adalah peneliti
kesalahan. Dan para pencari pekerjaan akan
menuliskan pesan kematian pada pohon teduhan.

Kau tak perlu merasa bersalah bila hanya
ingin duduk di taman, lalu memandang ke arah
gunung, dan sesekali membaca aneka pesan

yang mirip obituari itu. Dan aku juga belum
tentu dianggap benar karena telah mengajakmu
pesiar di kota ini. Sebab sudah pasti kepak
burung-burung itu membuat kita bingung

lalu merasa ada yang harus kita kejar bersama
waktu. Tapi, di kota ini, kita dituntut banyak
bersabar, berbesar hati menanggung lapar, juga

rajin membaca puluhan kisah yang dikumpulkan
oleh kitab itu. Sebelum ada yang datang
mengundang: mari masuk ke rumah yang sejuk.
Rumah seorang pesulap saputangan,

yang rahasianya dengan mudah kita temukan
di pintu gerbang, atau tadi sempat kita lihat
di papan bandara: semalang adat.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun