Ontologi Chang dan Eng, Si Kembar Siam

Cathy Park Hong 
Ontologi Chang dan Eng, Si Kembar Siam

Chang selesai bercakap / Eng telah menghentikannya.

Chang melemparkan bola pantai / Eng menangkapnya.

Chang melakukan kebohongan putih / Eng tertangkap telah berbohong.

Chang lupa bahasa ibu / Eng telah memilih bahasa Inggris.

Dalam menyurat, Chang merujuk mereka sebagai "saya" / Eng menulis "kami."

Dalam sebuah kesaksian, penginjil bertanya pada Chang, "Setelah kematian, kamu tahu akan berada di mana?" Chang menjawab,"Ya. Ya. Di surga sana!" / Merasa mereka tak mengerti, penginjil bertanya lagi,"Kamu tahu akan berada di mana setelah mati?" Eng menjawab, "Ya. Ya. Di dalam tanah."

Chang menikahi Adelaine / Eng menikahi saudari Adelaine, Sally.

Chang bercinta dengan istrinya / Eng mimpi dalam tidur siangnya tentang uang, masa kecilnya sebagai anak-anak kembar siam, dan sepotong daging sapi panggang. Dia mencoba supaya mereka tak terganggu.

Chang melihat arloji, menggaruk kepalanya dan gelisah / Eng bercinta dengan istrinya.

Chang mabuk, memukul Eng dengan botol wiski dan pergi mabuk-mabukan dengan anak-anak lelakinya / Eng tak sadarkan diri.

Chang membuktikan teori Einstein tentang kelembaman waktu dengan berlari dari satu bar ke bar lain sambil mabuk / Eng tak sadarkan diri.

Chang meminta maaf / Eng menerimanya dengan gusar.

Chang terdiam / Eng ngomel.

Chang memotong pembicaraan, "Aku adalah diriku sendiri!" / Eng menimpali, "Ya. Kita memang diri kita sendiri."

*

Keduanya memutuskan ikatan mereka dengan Tuan Coffin, seorang salesman.

Keduanya memiliki lahan di North Carolina dan empat puluh budak.

Keduanya bernostalgia tentang Siam: masa kecil menyiapkan telur bebek, menonton harimau dan gajah bertarung dengan Raja, Emak Nok yang mencintai keduanya sama besarnya.

Para dokter terkejut tahu keduanya begitu "sangat personal."

Keduanya tidak senang dengan candaan di luaran.
"Apakah Orang Timur selalu bersekutu?" "Bolehkah aku tusuk leher Eng dengan paku tajam agar tahu kalian berdua merasa sakit yang sama?" "Apakah benar kalian bisa mengubah bayi-bayi menjadi kubis?" "Kami orang baik-baik, masyarakat berbudaya. Kami hanya menawarkan padamu setandan pisang."

Keduanya muak dengan hal-hal yang mempesona.

Keduanya bangun tidur, bermain catur, mengasuh anak-anak, memiliki cambuk sendiri-sendiri untuk budak-budak mereka, belajar menembak, makan pai.

Keduanya memakai sutra Perancis warna hitam, mengisap cerutu, menggoda perempuan.

Keduanya percaya pada prinsip-prinsip individualisme.

Keduanya mencatat semua kegiatannya lalu berkata sambil menangis pada para juri, "Lihat, kami ini bangsa Amerika!"

Keduanya dilepas dengan denda lima ratus dolar karena menghina seorang pengayau.

Keduanya sangat sadar diri.

Keduanya sangat menginginkan peti mati besi supaya para penjarah kubur tak bisa mengambil jasad mereka lalu menjualnya ke penawar tertinggi.

Keduanya tak lagi berbincang satu sama lain kecuali saat menjelang kematian:

"Bibirku membiru, Eng." / Eng tidak menjawab.

"Mereka menginginkan tubuh kita, Eng." / Eng tak menjawab.

"Eng, Eng! Bibirku membiru." / Eng melengos dan tetap tak menjawab.

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung