Anggur

Kau petik juga
bulir buah yang cantik

Yang pada hijau kulitnya, matahari
kehilangan pukau, dan langit seolah
mendekat dan terjangkau

Buah yang segar berair manis,
getar di dahagamu yang tragis.
Lalu di dadamu, di igamu
yang kelam, kesepian jadi jemu,
jadi lengkap sebuah lebam.
Luka rindu

Kau bayangkan
serupa sulur panjang

Yang di tubuhnya daun rimbun,
lintuh embun. Seolah jawaban
dari doa pelan-pelan turun

Sulur yang merangkai bulir,
menyangkali takdir, agar buah
yang ranum kekal tak terpetik.
Dan jemarimu seperti dendam
yang menari-nari, di antara
hela napas, dari dan ke dalam
dadamu, ke sela igamu,
"Bersabar. Bersabarlah."

Bertabah
seumpama
bebulir
buah
yang
menggantung.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung