Seri Penulis : Tranformasi Cinta Ilham Q Moehiddin dalam Hidup

Bagaimana cara Anda memandang hidup Anda saat ini?

Dinamis. Hidup saya dinamis. Saya telah melewati beberapa kesukaran hidup dan sedang bersiap menghadapi kesukaran hidup lainnya jika ia datang. Saya percaya bahwa kita tak bisa hidup sendiri. Selalu ada orang lain, atau cara lain/berbeda yang bisa sangat memengaruhi sehingga kita bisa menghargai hidup. Seringkali, saya memandang hidup secara dimensional, berusaha mengerti seperti apa sekat sosial yang masih berlaku di tengah masyarakat kita, lalu saya gunakan sebagai penyeimbang.

Saya menyenangi perkawanan, memelihara persahabatan saya dengan beberapa orang dari masa kecil, dan dengan sebagian besar yang saya kenal di pergaulan sehari-hari. Saya selalu menganggap semua orang itu baik, yang dengan anggapan itu menjadi pintu bagi saya untuk mendekati mereka. Bagaimana pun saya perlu memelajari karakter setiap orang (apa yang ia tak sukai dan apa yang ia sukai, pandangannya, pilihannya dan seperti apa mereka menggunakan instrumen-instrumen itu untuk menjalin relasi positif atau bahkan negatif dengan orang lain). Itu berguna bagi saya sembari menggunakannya untuk membangun karakter dalam ceritera yang saya tulis.

Intinya saya bahagia. Saya bahagia memiliki banyak teman, memiliki anak-anak yang baik dan seorang istri yang sangat mendukung setiap tindakan saya. Beliau adalah tempat saya berkonsultasi.


Sejauh mana Anda memandang cinta dalam hidup Anda?

Cinta, ya. Itu sesuatu yang luas sekali pada diri saya. Ia lautan. Tanpa mau terbaca retoris, saya pikir, cintalah yang membuat hidup saya dinamis. Ia sesuatu yang tak pernah habis saya timba. Saya sedikit kurang cakap memandang cinta secara parsial.

Bagi saya cinta itu sama, ada di mana saja, dan efeknya juga selalu sama: membahagiakan. Ia perlu perspektif dan bagaimana kita menanganinya. Cinta saya pada istri-anak dan kawan-kawan saya, selalu sebangun dengan cinta saya pada dunia kepenulisan.

Dengan dasar yang sama juga saya berusaha menularkannya pada setiap orang. Melatih anak-remaja untuk mengenal lebih jauh dunia kepenulisan, dan membuat mereka jadi mahir, adalah juga salah satu bentuk cinta yang saya maksud itu. Sebenarnya, cinta saya adalah cinta yang sederhana.


Dalam hal apa cinta bisa dituangkan dalam karya-karya Anda?

Sepertinya, untuk pertanyaan ini, secara tak sadar saya sudah menjawabnya sedikit-sedikit di dua pertanyaan pertama. Saya menulis cerpen dan novel, kadang sajak, juga esai atau kritik sastra. Selain sudut pandang untuk setiap bidang karya-karya itu, maka selebihnya ia digerakkan oleh cinta saya pada dunia kepenulisan. Mungkin begitulah cara saya menuangkannya. Jika saya kesal pada sesuatu, maka ia gagasannya saya tuliskan, di mana itu bukan berarti saya membenci apa yang membuat saya kesal itu, tetapi karena saya terdorong oleh cinta saya pada hal-hal normatif yang semestinya tidak dilanggar. Ia saya ungkapkan setajam mungkin dalam tulisan. Saya telaah dari berbagai perspektif, kendati saya tidak harus mengikuti konsensus yang ada dan memilih menggunakan cara pandang yang sama sekali baru. Tetapi begitulah saya mentransformasikan cinta saya pada segala sesuatu dalam karya-karya saya.

Ingin dikenang sebagai apa Anda oleh orang lain dalam kehidupan ini?

Orang sederhana. Saya ingin orang mengenang saya sebagai orang sederhana yang hidup dengan prinsip dan integritas. Selama ini saya hidup dengan integritas tinggi, dan itulah yang membuat kepala saya sukar ditundukkan orang lain karena malu. Saya mengeritik sistem, bukan orang. Orang hanya jembatan saya menuju tujuan kritik saya. Misal yang lain: saya pernah bekerja sebagai wartawan yang berusaha tetap baik walau hidup susah. Saya tidak pernah mau menerima sepeser apapun dari narasumber, sebab saya tidak mau diukur dengan uang. Di manapun (khususnya di Sulawesi Tenggara), sikap saya ini diketahui dengan baik oleh wartawan manapun (baik yang seangkatan dengan saya, atau mereka yang pernah saya tutori atau pimpin langsung dalam keredaksian sebuah media), sehingga itu mereka tidak pernah banyak bicara ketika mereka saya kritik soal “amplop”. Saya menjadi bebas mengeritik sebab mereka pun tahu saya tidak pernah melakukannya.

Saya juga ingin dikenal sebagai orang yang suka membagikan hal baik pada orang lain. Siapapun boleh datang ke rumah, berdiskusi soal apa saja, membaca koleksi pustaka dari perpustakaan pribadi saya (asal jangan dibawa pulang), dan mengerjakan apa saja dengan tujuan berbagi pengalaman dan ilmu pengetahuan.
Itu saja. Selebihnya, mereka boleh mengenang saya sebagai apa yang mereka kehendaki. Pada titik itu—pada titik di mana orang bebas berpendapat—maka saya melepaskan diri terhadap argumen apapun.

Apakah Anda sering berkontemplasi? Seringnya tentang apa?

Walau tidak sering, tapi sekali saya melakukannya, maka saya melakukannya dengan serius. Saya biasanya sampai-sampai harus pergi ke suatu tempat yang nyaman untuk mempersiapkan diri sebelum memulai sebuah proyek penulisan novel. Saya akan berdiam diri, menggali ingatan dan berbagai hal yang saya butuhkan kelak dalam proyek itu, lalu tenggelam bersama buku-buku dan berbagai referensi penting. Saya termasuk orang yang mengetik dengan cepat, namun saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan meriset kembali hal-hal spesifik dalam tulisan saya. Saya tidak bisa berhenti sampai itu saya anggap beres.

Menghasilkan karya yang saya anggap sempurna adalah salah satu keburukan saya. Sebab saya kadang menghabiskan waktu berjam-jam, atau berhari-hari untuk sebuah hal yang menurut saya harus detail. Sastrawan juga seorang pembawa kabar dan petunjuk. Jika keliru kabar dan petunjuk yang ia bawa, maka orang-orang akan tersesat. Bukankah menyesatkan orang itu juga boleh saya anggap dosa yang besar?

Tempat di dunia ini yang ingin sekali Anda datangi dan kenapa?

Barcelona. Saya menyukai bentangan alam dan manusianya. Toleransi di sana luar biasa. Saya belum pernah ke sana. Tapi seorang kawan (mantan wartawan) saya yang mukim di sana, banyak cerita tentang kota itu. Suatu saat saya harus ke sana.

Tetapi saya menyukai tempat-tempat yang luas dan tinggi. Di tempat-tempat seperti itu saya akan merasa sangat kecil dan selalu menyadari bahwa manusia itu bukan siapa-siapa. Manusia tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan, sang pencipta semesta. Di tempat-tempat seperti itu kerap mendorong saya untuk berpikir, bergerak dan menemukan gagasan-gagasan besar.

Siapa tokoh yang paling berpengaruh dalam hidup Anda? Mohon bisa diberikan alasannya.

Jawaban-jawaban saya ini mungkin akan terbaca klise. Tapi tak apa-apa.

Muhammad. Sebagai manusia biasa, beliau sangat inspiratif. Orang yang peduli, patuh, mampu mempertahankan diri, keluarga dan orang-orang di sekitarnya, berbelas kasih dan menyayangi fakir, miskin dan yatim. Ia tokoh yang luar biasa.

Ibu saya. Cinta dan kata-katanya sungguh luar biasa. Maaf jika itu terbaca klise. Bukan maksud saya hendak begitu. Sebab, beliaulah yang telaten menyadarkan saya untuk bangkit saya terpuruk karena kesedihan ketika anak pertama saya wafat.

Istri saya. Cintanya luar biasa. Perempuan yang teguh dan sabar. Saya suka tertidur di sisinya. Saya kepingin ia marahi—suatu harapan yang mungkin tak bisa saya dapatkan dari beliau.

Jam berapa biasanya Anda mulai menulis? Ada alasan tertentu mengapa Anda menentukan jam menulis?

Saya bisanya duduk membaca selama dua jam (selepas magrib), lalu buka komputer dan membaca situs berita dalam dan luar negeri dari situs web (juga kurang lebih dua jam). Saya baru menulis hingga jam tiga dini hari. Begitu setiap hari, selama saya tak keluar kota untuk urusan riset dan pekerjaan.

Entah karena terbiasa, di jam-jam seperti itu saya merasa bisa khusyuk bekerja—saya menganggap menulis adalah pekerjaan. Siangnya saya bisa mengurusi hal lain. Tidak ada alasan istimewa, kecuali bahwa saya menyukai ketenangan di jam-jam seperti itu.

Bagaimana Anda membagi waktu antara menulis dan hal-hal lainnya?

Sederhana saja. Barangkali karena zodiak saya Aquarius sehingga saya menyukai hal-hal yang perfeksionis. Saya biasa mengulangi sebuah pekerjaan dari awal hanya karena saya tidak begitu nyaman dengan hasilnya. Juga adalah orang orang keras kepala: saya sukar mengubah pendirian. Jika saya katakan A maka akan sangat sukar untuk bisa saya ganti dengan B. Karena dengan dasar itulah saya harus membagi waktu: siang untuk urusan lain dan malam sampai dini hari untuk menulis. Saya tak suka melakukan beberapa urusan sekaligus di satu waktu. Itu akan saling memengaruhi dan hasilnya tidak akan beres.

Jika hidup Anda akan difilmkan, kira-kira siapa tokoh (aktor / aktris) yang Anda inginkan untuk memerankan Anda? Mengapa?

Wah. Hehehe. Walau itu bisa saja terjadi, tapi saya kok ya belum berangan-angan sejauh itu. Katakanlah saja, jika saat itu datang, barangkali orang itu adalah Mathias Muchus. Karakter kami rada mirip. Atau Iko Uwais, sebab ia bisa bertarung.

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun