Ciuman

Bagai bunga es mencair di awal musim semi,
ada yang meleleh melihat kita berjumpa kata.

Tak ada yang pulang atau berpaling
dari baris-baris sepi yang begitu tipis menyayat hati
selain ciuman yang berulang. Kau kecupi nyeri,
aku melumat makna mati.

Kita disakiti sekat-sekat kata,
dan bahasa membuaskan kita
sesudah susah kita keluar dari sana.
Dari dirimu dan diriku sendiri.

Bagai daun yang bergoyang terkena angin musim
yang dingin, ada yang begitu hebat berkebat
setelah kata tak bisa lagi diucapkan.

Tapi lidah kita berdecap. Seolah telah habis
hal yang manis, telah tandas apa yang pantas
kutuliskan dan kaubacakan lagi.

Ayat-ayat yang dahsyat membebat pikiran
dan perasaan kita. Getar bibir dan debar dada
yang melahirkan kita ke dunia nyata.

Dunia tak sempurna milikku
dan harapan yang hampir purna darimu.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung