Meng Khi

Di luar, udara mengiris telinganya kembali.
Dia hapal benar jalan ke dermaga, tetapi
jung itu sudah tak kelihatan lagi.

Di dalam kamar, sepi bersetia berjaga
agar kemungkinan terburuk tak lagi ada,
seperti kamus dengan beragam kata.

Kini, dia melangkah dengan gagah.
Telah dipersiapkannya sebuah telinga
dan sekantung pedih pohon mangga

yang kecil-kecil bunganya
diserakkan begitu saja
oleh sepenggal kenangan
malam tadi.

Sampai bertemu biji, katanya,
aku tak akan pernah berhenti.

Dia - juru kabar penuh luka,
berjanji akan selalu kembali
kepadamu, Kertanegara.

2015

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung