Kota


Ia akan datang dan mengetuk pintu rumahmu
seperti seseorang tersesat yang di Sodom
dan menyalahkan nasib -- hidup yang berkutat
dari kutuk ke kutuk.


Sebentar, api sudah terlihat di langit.
Sementara kau bingung menyuguhkan:
kopi atau teh pahit?

Ia terlihat tenang ketika duduk, sedikit
mengantuk tapi mengingat -- ada yang harus
jatuh dengan keras. Entah sedikit rasa gugup
atau sesaat mimpi buruk.

Aduh, orang-orang mengepung jalan
dan berkerumun di gang-gang sempit.
Mengapa kau tetap bertahan bahkan
bertanya: Sudah lewatkah masa sulit?

Ia belum mau mengajakmu ke luar dan
mendesakmu beranjak. "Jangan lihat!"
katanya, "Sebentar lagi akan ditegakkan
tiang-tiang garam."

Sebentar lagi. Sebelum datang malam.
Dan kotamu akan penuh seperti dada perempuan.

2017

Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya, Aku Punya Kisah untuk Kuceritakan Kepadamu

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung