Tuhan


Sebelum pergi tidur, Ia periksa lagi segala yang tadi pagi
dibangunkan matahari. Apakah tadi yang kuncup sudah mekar?
Apakah Si Sakit sudah bisa bangkit dan melucu di depan cucu?
Apakah ibu yang menangis pilu karena kematian anaknya itu sudah bisa
menangis karena rindu?

Setelah puas memeriksa semua dengan saksama,
Ia membuka kitab yang hampir setua pikirannya.
Dibacanya kalimat pertama dan dikenang apa yang telah Ia lakukan dulu.
Ia tak akan pernah lupa pada rayu malaikat -- jangan Kaucipta dia!
Ia ingat ada yang bersumpah setia tapi memilih pergi.
Ia juga ingat, betapa pintar ciptaannya menghafal aneka nama binatang
dan tanaman sebelum bingung bagaimana nanti dia bisa bertambah banyak
untuk menguasai bumi.

Baru sampai Ia mengingat kapan tepatnya
dua ciptaannya itu diusir dari taman,
matahari sudah terbit lagi.


Ah, mungkin sudah takdirnya tak bisa tidur!

Ia bergegas ke balik kabut di kaki bukit itu.
Menyapa burung-burung dengan kasihnya yang begitu anggun.

2017

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun