Aku Bayangkan Diriku Sebagai Nelayan Tua

Tanganku seakan tangkai rapuh di hadapan sauh,
sebab lautan telah menjelma ladang pembantaian
dengan segala ganas gelombang dan batuan karang.

Pada lembar-lembar kain layar,
haruskah aku merasa tegar?

Sedang angin terlalu liar dan arus lahirkan seratus
pusaran, segalanya siap runtuhkan setiap rasa percaya.

Tali-tali, tiang, dan anjungan, juga kemudi
tak membuatku semakin mengerti
: setiap langkah harus punya arti!

Maka kubayangkan;
betapa Zawawi menguliti setiap buih,
betapa Li Po bercakap di punggung laut,
tapi tiba-tiba kau memanggilku:
"Pulanglah Kekasih, aku takut!"

Tetapi laut, tetap lah laut. Seperti
keriput pada kulit wajahku yang
kalut sebab badai belum lah surut.

2008

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun