Sepasang sandal tua mengintip jalanan yang dipenuhi mayat terompet, dan sisa tawa kembang api. “Seperti tong sampah yang penuh bungkus McD!” Gerutu mereka. Sementara, sepasang kaki yang memakainya masih terdiam di depan pintu. Menunggu Ibu, katanya dari tadi. Ibu membawa kesedihannya ke pasar. Sendiri.
Ayah sudah lama tak pulang, kabarnya dijemput sepi.
Kakak, yang sudah lama ingin jadi penyair, beralih hobi
: menanam amarah setiap hari.
Sepasang kaki itu masih menunggu di depan pintu. Meratapi mayat terompet dan kembang api yang kehilangan suara tawanya malam tadi. Lalu dia tertawa sendiri. Hidup sekali berarti! Tadi malam, telah dibuatnya tong sampah yang besar sekali. Dibuangnya segala rasa sakit, sedih, amarah, dan galau yang dirasanya begitu abadi.
Pagi ini di depan pintu, dia ingin tunjukkan pada Ibu
: tubuh yang bersih, kamar yang rapi.
2008
Comments