Berjalan di Punggung Bukit
Lalu ke
Seperti gugusan cemara direndam hujan, mengembunkan nafas
sebaris sajak kubaca teramat pelan, agar kau tak lekas dari pulas
Yang ada di tiap langkahku hanyalah ragu. Terlalu menggebu.
yang hanya dimengerti oleh angin. Selalu begitu.
berkas cahaya di antara bayang pepohonan yang begitu tegas.
“
telah lama menjelma sebagai bunga-bunga di
“Tapi tak ada kupukupu yang lincah”, Perkataanmu kusanggah.
Diam-diam sorot matamu itu meruang di dalam gelisah.
“Akankah kita senantiasa berjalan beriring, mengeruhkan bening
lapisan waktu, dan membiarkan segalanya menjadi hening?”
Selebihnya, yang terkacau hanya langkahku.
Sesekali aku jatuh menggelinding, dan kaubilang: lucu.
2008
Comments