Sebuah Sajak Baru yang Kutulis Bukan Untukmu
Pulanglah, di ruang ini hanya terserak buku-buku
berdebu, bahkan banyak kertasnya menjadi abu.
Tapi tak ada yang pernah mencatat namamu.
Tak ada juga gambar manis senyummu.
Kuharap kau tidak sedang memancing kenangan itu
muncul, dan seperti ibu, ia akan mendekapmu
dengan lembut, membetulkan letak bantal, dan
menaikkan ujung selimut. Karena tak ada
yang pernah mencatat namamu. Tak pernah ada.
Anggaplah, kenangan indahmu seperti air telaga,
dan kau nelayan tua yang setia menunggu umpanmu
disantap ikan. Apakah gerak getar dari senar itu
kau nantikan benar? Atau anganmu hanya kautumpu
pada daging ikan segar yang nanti
akan kaugoreng atau kaubakar?
Pulanglah, namamu tak pernah terlintas di sini.
2008
berdebu, bahkan banyak kertasnya menjadi abu.
Tapi tak ada yang pernah mencatat namamu.
Tak ada juga gambar manis senyummu.
Kuharap kau tidak sedang memancing kenangan itu
muncul, dan seperti ibu, ia akan mendekapmu
dengan lembut, membetulkan letak bantal, dan
menaikkan ujung selimut. Karena tak ada
yang pernah mencatat namamu. Tak pernah ada.
Anggaplah, kenangan indahmu seperti air telaga,
dan kau nelayan tua yang setia menunggu umpanmu
disantap ikan. Apakah gerak getar dari senar itu
kau nantikan benar? Atau anganmu hanya kautumpu
pada daging ikan segar yang nanti
akan kaugoreng atau kaubakar?
Pulanglah, namamu tak pernah terlintas di sini.
2008
Comments