Sesaat Sebelum Kau Berlalu

Jangan lama-lama kaupikir
apa yang ingin kau ucapkan,
cukup; ‘Selamat tinggal’,
dan itu sudah seperti sebuah
mangkuk pecah di relung telingaku

Aku pun akan segera memutus kabel
telepon, sekedar membunuh penasaran
untuk bertanya di lain hari kepadamu;
Bagaimana kabarmu hari ini?

Penyesalan tak ubahnya air tumpah
di atas lantai, perlu kain pel, sedikit waktu
dan kerja ekstra untuk membersihkannya
Bisa saja sia-sia, tapi mungkin juga berguna

Tapi mohon, jangan lukarkan gelang
pemberianku di tanganmu, bekas gelung
tanganku di pundakmu, dan hal-hal yang telah
membuat kita tertawa hingga bergulingan,
sebab setiap kenangan itu lebih jelas dari
segala tulisan di atas kertas, lebih tebal
dari karpet Iran yang pernah kita pesan

Ambillah jaketmu pelan-pelan, sebab
di dalam kamar, aku sedang ingin bermesraan
dengan selembar tilam. Menghidu jejak
keringatmu agar kutemukan kau yang lain
di dalam mimpiku. Walau aku tahu, hal itu
akan begitu susah layaknya memasukkan
paku ke dalam botol di lomba tujuhbelasan

2008

Comments

dewi.penyair said…
aih....,aku tersenyum kecil membacanya,teringat pada suatu masa... :))

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun