Antara Dia, Aku, dan Dingin Kamar
Nopember-Desember sedang dingin-dinginnya. Hujan pun kerap singgah. Benz, si http//www.bisikanbusuk.blogspot.com, kembali membuat list 10 kata untuk dijadikan puisi.
Kata-kata itu adalah : kipas, celana, jeruk, kompor, balkon, taman, rusuk, kereta, kaleng, dan kepala. Puisi dia dengan 10 kata itu sudah bisa dinikmati baik di mukabuku (www.facebook.com) dia ataupun di blog dia tadi.
Saya menuliskannya kemudian. Setelah beberapa hari disibukkan urusan 9-5 saya.
Antara Dia, Aku, dan Dingin Kamar
“Dingin yang tak kuinginkan
kini jadi kompor yang menyala.”
Tanganmu mengipas, menepis sepi
aku bergegas, hendak meraih ujung pergi
Inilah sebentuk taman sesal;
setangkai daun jeruk di atas bantal
sejingga senja di mata sekoloni camar
dari balkon menara suar
Dengan segumpal jelaga,
akan kukumpulkan rahasia
dari dalam kepala
juga segala bara
pada tiap keping kenangan,
agar ku bisa berdiang,
mengusir dingin
yang diam-diam
makin erat mendekap
kaleng soda di tangannya
Ada sesak mengembang
dari dalam kurung rusuk
seperti ketat cengkeram celana
pada kedua bongkah pantat
“Tapi aku tak bisa ke mana-mana,”
Alismu lengkung cemas, tatapmu
kosong selongsong kapas randu
Terkutuklah aku, dinding kamar
dengan hiasan kalender tahun lalu,
yang hanya bisa bergetar oleh
laju kereta di samping rumahmu.
2008
Kata-kata itu adalah : kipas, celana, jeruk, kompor, balkon, taman, rusuk, kereta, kaleng, dan kepala. Puisi dia dengan 10 kata itu sudah bisa dinikmati baik di mukabuku (www.facebook.com) dia ataupun di blog dia tadi.
Saya menuliskannya kemudian. Setelah beberapa hari disibukkan urusan 9-5 saya.
Antara Dia, Aku, dan Dingin Kamar
“Dingin yang tak kuinginkan
kini jadi kompor yang menyala.”
Tanganmu mengipas, menepis sepi
aku bergegas, hendak meraih ujung pergi
Inilah sebentuk taman sesal;
setangkai daun jeruk di atas bantal
sejingga senja di mata sekoloni camar
dari balkon menara suar
Dengan segumpal jelaga,
akan kukumpulkan rahasia
dari dalam kepala
juga segala bara
pada tiap keping kenangan,
agar ku bisa berdiang,
mengusir dingin
yang diam-diam
makin erat mendekap
kaleng soda di tangannya
Ada sesak mengembang
dari dalam kurung rusuk
seperti ketat cengkeram celana
pada kedua bongkah pantat
“Tapi aku tak bisa ke mana-mana,”
Alismu lengkung cemas, tatapmu
kosong selongsong kapas randu
Terkutuklah aku, dinding kamar
dengan hiasan kalender tahun lalu,
yang hanya bisa bergetar oleh
laju kereta di samping rumahmu.
2008
Comments