Engkaukah Jendela Itu?

1/
Saat tetangan hangat ayah matahari memeluk erat sembab bantal,
selimut tebal,dan rambutnya yang ikal. Memainkan cahaya pada
deretan foto keluarga di samping ranjang, mengecupnya di antara
kelopak mata yang setengah pejam;

karena terlampau lelah ia mencari wajah bunda bulan di dada malam,
dari antara larik-larik sajak cinta yang pernah ia tuliskan, pada
takik pepohonan dan perdu, pada pekik pungguk perindu.

2/
Ketika tekun dibacanya sajak seorang penyair buta - yang mudah-mudahan
aku tak salah mengutipnya - “sekarang semua orang yang selamat, mereka
yang terhindar dari kematian, telah berada aman di dalam rumah, jauh dari
hingar perang dan garang gelombang, hanya ada seseorang …”

Dan dia merasa - pada saat itu – dirinyalah
yang dimaksud dalam sajak itu;

karena sayap-sayap sepi
akan segera menghantarnya pergi

dari kepungan matamu

3/
Pada waktu seorang senja datang
mengulur tangan, dan membekalinya
benih pagi; benih yang selalu tumbuh
di atas batu.

Batu waktu.


2009

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung