Hikayat Mistar


Alahai, Tuan. Kau jarakkan kami dari pohon. Dari tepi taman.
Sementara kami tak pernah memohon, tak juga menginginkan.

Maka datanglah ular. Sedepa lebih panjangnya. Kami merentang
tangan. Mendekap tidak, hanya agar tak terpegang.

Dibisikinya perempuan-perempuan kami akan sebuah niscaya,
yang sungguh-sungguh tak akan bisa kami percaya.

Tapi, beginilah yang terjadi. Kami ini lelaki. Seperti bumi.
Lubang-lubang di dada kami selalu minta ditanami.

Dan perempuan-perempuan kami adalah petani
yang sejati. Di tangannya selalu saja ada benih.

Ular itu, Tuan. Sedepa lebih panjangnya. Melintas
di depan kami. Merapatkan kami, laki-bini, hingga dia puas.

Dan tak kulihat Engkau, Tuan. Sebab kini
ada jarak mencegat kami. DariMu, dari taman ini.

2009

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung