Kuda Putih

Larilah! Semua dada telah tikai,
segalanya, ya segalanya, pun surai
kita bukan lagi satu tubuh
seperti gema dalam gemuruh

yang membentur sebelum perlahan
menghilang. Kau dengar itu bukan?
Seakan ada yang terus berseru
kepadaku atau juga kepadamu

seperti panggilan pulang, panggilan
sayang - satu nama kecil di lidah ibu,
dan alamat-alamat dalam kenangmu

yang belum bisa hilang, yang belum tuntas
kausambangi; sebuah padang demikian luas
bagi kaki-kaki yang kehilangan sepatu.

2009

Comments

thomassilvano said…
wah tukang sepatu yang canggih niy,hehe.

seneng mas maen2 kesini, mudah2an bisa sehalus ini puisi2 ku nanti!

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun