Dari Sebuah Kursi di Ruang Mahkamah

Dari Sebuah Kursi
di Ruang Mahkamah

1/
Aku duduk di sini,
tapi – ”Siapa sedang
bertamu?”

2/
Kau kisahkan kembali Bao, Sang Hakim,
Meski ada yang aku tak bisa mengerti;
benarkah keadilan itu datang dari langit?

3/
Aku sakit, aku menjerit!
Ruang mahkamah maha sempit ini
tak sanggup lagi mengurung jiwaku,
tak bisa lagi memberi jawaban
segala yang rumit

4/
Ya. Tak ada yang peduli pada pleidoi
setebal debu di kakimu. Aku hanya
ingin duduk di sini. Seorang diri.

Walau tak akan kujumpai
para tetamu

5/
O Sulaiman, raja bijak mana yang
datang mencuri pedangmu?

Begitu banyak bayi mati di kali,
di tempat sampah, di restoran,
di perempatan, di gendongan pengemis,
tanpa ada yang membelahnya jadi dua!

Tanpa ada tangis Ibunda

6/
Akan kuceritakan lagi padamu
Khrisna yang Agung - dia yang hanya
dua kali bertiwikrama – hanya untuk
bersilang sengketa

karena kau bertahan, begitu pejam
- dan juga kejam! - seperti tidur
Sang Baladewa!

Ah, Ruang mahkamah!
Betapa cepat perubahan terjadi
layaknya kincir angin di langit-langitmu

7/
Mataku tak pernah terpicing
di pangkuan kursiMu

Itu pedang berayun-ayun
dalam genggaman
selalu siap menidurkanku

setelah Ibunda selesai berkisah
tentang para raja, para hakim,
dan seorang satria tanpa mata,
tanpa suara yang menikam
bayi-bayi mimpiku

2009

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung