Dalam sajakku ini, ada sebuah rumah pohon. Tepatnya, rumah di atas pohon berbuah kuning lembut. Kau, menyebutnya kuning jeruk. Sampai-sampai kau terus memanen dan menangguk. Sementara, aku mengira kau mabuk, tapi hanya aku yang terhuyung, limbung meniti tangga tali. Dalam sajakku, awan diciptakan dari cerobong pabrik berwarna putih biru. Mirip gunung es yang terapung pada sungai kecil yang tercipta dari gerak seorang penari. Entah kaki atau siripnya, menyentak menciptakan ombak. Kau bisa membayangkan sebentuk payung terbalik. Karena memang tak ada hujan, dalam sajak ini. Tanah, dalam sajakku ini, berwarna cokelat cerah. Sekusut rambut, anak-anak yang bermain gelembung di hari cerah. Gelembung dengan bayangan sekeranjang buah kuning. Yang tercipta dari ombak seperti payung. Dan samar-samar kulihat ada beberapa pohon berbuah kuning di antara tanah kecoklatan, seperti riang anak berloncatan yang tercipta dari keinginanmu. Keinginan yang begitu manis, sekaligus tera...