Space Talk


Pernahkah kau bayangkan waktu
sebagai ruang hampa udara yang gelap?

Sepuluh tahun dari sekarang, akan dimulai penerbangan
partikelir ke bulan, sementara kita berdua semakin sigap
menjagai anak-anak dari pengaruh buruk televisi dan
saling menjaga kesehatan kita masing-masing dengan setiap
pagi mengingatkan, "Jangan lupa minum vitamin."

Aku pernah merasakan waktu
seperti tinta yang pekat di dalam pena.

Sepuluh tahun yang lalu, tak ada surat cinta dariku
untukmu, atau sebaliknya. Dunia maya menghilangkan
kebiasaan menyurat. Kita bicara ketertarikan itu
dengan dasar avatar - senyum di fotomu menyenangkan
untuk dilihat, sedang kau mengatakan avatarku
menjadi pecah jika dibesarkan.

Kurasa, jika ingatanku tak payah, kau
pernah berkata, "Jika kita sedang bersama,
waktu hanyalah tiba-tiba. Untuk selamanya."

Berpuluh-puluh tahun kemudian, kita akan menangis bersama,
bukan? Ketika pelan-pelan waktu menyingkirkan kita dari
anak-anak yang beranjak dewasa. Seperti ledakan hidrogen dan
oksigen di udara, sementara pesawat ulang-alik melesat tinggi
ke ruang hampa udara, dan para astronot itu merasa:

ada pesan yang harus disampaikan tiba-tiba,
seperti getaran ringan dalam kabin pesawat,
panel-panel indikasi yang menyala, atau tekanan udara
yang mendadak turun cepat.

Dan waktu selalu menjadi hal terpenting,
dibanding perasaan dijauhkan
dari orang-orang tersayang.

Dan akan kuamini ucapanmu dulu itu,
"Ya. Waktu adalah hal yang tiba-tiba,"
Dan untuk selamanya kita adalah sesuatu
yang mengambang di dalamnya.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung