Dilarang Membanting Pintu

Perjalananmu begitu jauh. Dipayungi deretan tiang listrik
dan pemandangan gurun yang kuning terik.

Kanopi pepohonan di sekitar atap rumah kita tetap rimbun,
bahkan ketika kau pulang setelah mengembara bertahun-tahun.

Hanya satu yang aku kuatirkan. Bukit ini sedang sakit.
Gerowok besar menyisakan dinding penopang sedikit.

Kalau nanti kau datang kembali, berjalanlah memutar.
Jangan lewat ke dekat sumur. Tali timba itu tak panjang benar.

Aku kini kesulitan mengambil air. Dasar sumur itu jauh
dan gelap. Seperti perkiraan harapan yang bakal runtuh.

Hanya ada jembatan kecil dekat gurun.
Tempat dulu kita pernah memungut sehelai daun.

Dan menuliskan harapan akan hujan.
Perjalanan dari satu ke lain daratan.

Seperti bunyi guruh dan awan mendung yang datang.
Kau mendengarnya? Kukira hanya suara derit mengambang,

Setelah cahaya itu mencair dan jatuh.
Menimpa sesuatu yang angkuh dan lumuh.

Pintu yang terbuka separuh.


2013

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun