Dan Waktu Seperti Tertidur

Waktu seperti kasir yang sibuk menghitung
perniagaan kita sehari-hari: rugi atau untung.

Kita bandar besar, kapal dagang dan kapal perang
berlabuh di dermaganya. Di gerbang, pengemis dan
pelacur menunggu keajaiban datang.

Lonceng berdentang. Dupa dan korban bakaran
dihidang di atas altar. Mayat gelandangan tergeletak
di trotoar. Pemabuk menyitir khotbah para pembesar

: Kita tak boleh merugi. Rakyat harus dilecut berkali-kali!

Waktu lelah. Wajahnya kuyu seperti kurang tidur
dan catatannya kotor, terkena tinta luntur.

Kita kubah dan balkon istana. Tambur dan terompet
berkali-kali bergema di sana. Di alun-alun, penjaja buah
dari negeri asing beradu mulut dengan penjual minuman.
Menerka hujan datang tak sesuai musim.

Sekawanan burung vultur berkerumun. Barangkali
ada sisa makanan di dekat dapur. Seekor anjing
melintasi pemakaman, habis menggali belulang.

Dan waktu seperti tertidur. Di sudut kafetaria,
seseorang tampak terpekur. Ada hal-hal yang
belum selesai dia bilang; awan itu biru atau gelap,
dan bayang siapa lekas lenyap pada pintu berwarna
pucat, di sebelah kios penjual jamur.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun