Potret Diri
1. Berkali-kali aku memandang ke masa depan, seperti menantang perang pada seluruh pasukan dari kenangan masa lalu. Hadapi aku! Jangan menggerutu begitu. 2. Kau selalu mempersoalkan kertas usang dan berdebu. Membualkan kejayaan kadal raksasa dan benalu yang menginvasi planet berwarna jingga. Seolah bintang merah itu telah supernova. 3. Ada guratan seperti angka. Retak keramik tua dan pigura penuh tanda. Seperti kesepian jadi kesiapan yang dibubarkan paksa pagi tadi. Tak ada yang dipenjara, padahal, tapi tak ada juga yang dibebaskan dari pandanganmu. Di situ hanya ada aku -- pendakwa sekaligus terdakwa -- dalam kehidupan semu. Telah didakwahkan fatwa-fatwa bagus supaya aku berjalan lurus, atau setidaknya, memasang postur seperti Santo Petrus -- dalam lukisan Guercino -- yang menangis di depan Maria. 4. Garis-garis tajam kebiruan telah lebih dulu menjadi perangkap atas apa yang seharusnya kau tatap dan diresapkan dari larik...