Biarlah Ini Kausebut Sebagai Syair

Terjemahan Bebas Sajak Philip Larkin : This Be The Verse

Catatan:
Sajak ini mungkin salah satu sajak yang menorehkan nama Philip Larkin sebagai penyair terkemuka di Inggris. Sajak ini menegaskan Larkin adalah seorang penyair yang tidak kaku pada format sajak-sajak lama, meskipun dia patuh pada pola rima dan penggunaan enjabemen yang baik. Larkin juga dianggap sebagai penyair yang secara "sopan" mencantumkan tanda baca pada setiap sajak-sajaknya. Dia menempatkan tanda koma dengan sebagaimana mestinya seperti dalam tulisan biasa, demikian juga dengan tanda titik.

Sajak ini sangat sering dikutip orang. Tapi terutama karena "kekasaran" bahasanya. Larkin yang sangat setia dengan jabatannya sebagai pegawai perpustakaan di beberapa universitas ternyata menyimpan obsesi-obsesi yang cukup "liar". Dia menulis kritik atas lagu-lagu jazz sebaik dia menulis di majalah porno. Kehidupannya di kota besar di Inggris tidak menjadikannya sebagai "robot" bahkan sebaliknya setiap tanda-tanda di kota dijadikannya sebagai sumber imaji-imaji bagi puisi-puisinya.

Sajak "This Be The Verse" diilhami oleh sebuah sajak "kuno" berjudul "Requiem" karya Robert Louis Stevenson, bahkan judulnya diambil dari sebuah baris di sajak itu.

Inilah sajak aslinya :

This Be The Verse

They fuck you up, your mum and dad.
They may not mean to, but they do.
They fill you with the faults they had
And add some extra, just for you.

But they were fucked up in their turn
By fools in old-style hats and coats,
Who half the time were soppy-stern
And half at one another's throats.

Man hands on misery to man.
It deepens like a coastal shelf.
Get out as early as you can,
And don't have any kids yourself.

Dan saya terjemahkan sebagai :

Biarlah Ini Kausebut Sebagai Syair

Mereka hancurkan dirimu, ibu dan ayahmu.
Mungkin tak ingin seperti itu, tetapi harus terjadi.
Mereka memberi segala dosa yang dipunya kepadamu
dan hanya untukmu, ditambahkannya lagi dan lagi.

Tapi mereka pun hancur pada akhirnya
oleh seseorang dengan topi dan jubah masa lalu,
yang separuh waktunya sebagai lidah
dan separuhnya ada pada tenggorokan sesiapa tahu.

Tetangan manusia pada kepedihan untuk umat.
Terpendamkan seperti kerang di lautan.
Pergilah selagi kau masih sempat,
lupakanlah segala bentuk kenangan.

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung