Aubade

Kukira menangis adalah senyum yang terbaik bagi sebuah
perpisahan, maka Tuhan mencipta gerimis pada sore
di antara pagar-pagar tinggi dan bayang akasia.

Engkau akan menutup selendang dan melangkah pergi,
sementara aku memandang lubang dadaku
agar tak lekas penuh dengan luka-luka masa lalu.

Sebelum malam, biasanya kita siapkan rumah agar selalu hangat,
dan selalu engkau yang menyalakan api, menyiapkan kopi, dan membuka percakapan dengan awalan “masihkah…”

Maka akan kutanyakan lagi sebelum kita saling meminta diri,
“Masih ingatkah bagaimana kita bertemu dulu?”

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun