Jonggrang

Di rahimmu, matahari tak ingin tenggelam,
pecah langit, hitam biru
Hari-hari sengit dendam rindu

Lihatlah anak-anak waktu
Di pucuk-pucuk candi, mereka guncang
jejak sejarah paling kelam

Oleh karena itu, Putri, aku tidak bahagia
Di bawah matahari yang menyala,
kurubuhkan kembali 99 tubuh ini

Tinggallah aku. Sendiri
serupa arca setengah jadi,
meratapi kepergian kabut
dalam sajak-sajak tentang pagi.

Padahal pagi di ingatanku
adalah bayi-bayi berwarna hijau
yang tumbuh di atas batu
: tepat sesaat kau lalu begitu cepat, begitu lesat.

2010 - 2011

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun