Sajak Laron
1.
Suatu malam, di depan cahaya,
ada yang berdoa. Sederhana saja:
"Tuan Icarus, pakailah tubuh saya!"
Dan sepasang sayap lilin,
lurus lagi halus tumbuh sempurna.
2.
Dengan rasa percaya, dia berkelana
dari cahaya kepada cahaya.
Karena ada banyak cahaya yang tak pernah
dilihatnya sejak dia diperam dalam tanah.
Sebagai rindu, dialah Ibrahim.
Berangkat tanpa syarat, selain sarat cintanya.
Maka, setiap berjumpa cahaya,
dipersembahkannya sejumput sisik sayap,
sambil berharap,"Terbakarlah sebagai sukacita!"
Dan dia terus berkelana, dari cahaya ke cahaya,
dengan rasa percaya.
Sebagai rindu, dia tak pernah jemu
menjumput dan membakar sisik sayap
setiap bertemu cahaya hingga seluruhnya
tercabut dari pundak, dan jatuh.
3.
Suatu malam, di depan cahaya,
ada yang berkata begini rupa:
"Tuan Gibran, tugasmu paripurna."
Sayap-sayap lilin telah punah,
dan cinta pada cahaya mengantar rindu,
dalam lubang-lubang baru.
2010
Suatu malam, di depan cahaya,
ada yang berdoa. Sederhana saja:
"Tuan Icarus, pakailah tubuh saya!"
Dan sepasang sayap lilin,
lurus lagi halus tumbuh sempurna.
2.
Dengan rasa percaya, dia berkelana
dari cahaya kepada cahaya.
Karena ada banyak cahaya yang tak pernah
dilihatnya sejak dia diperam dalam tanah.
Sebagai rindu, dialah Ibrahim.
Berangkat tanpa syarat, selain sarat cintanya.
Maka, setiap berjumpa cahaya,
dipersembahkannya sejumput sisik sayap,
sambil berharap,"Terbakarlah sebagai sukacita!"
Dan dia terus berkelana, dari cahaya ke cahaya,
dengan rasa percaya.
Sebagai rindu, dia tak pernah jemu
menjumput dan membakar sisik sayap
setiap bertemu cahaya hingga seluruhnya
tercabut dari pundak, dan jatuh.
3.
Suatu malam, di depan cahaya,
ada yang berkata begini rupa:
"Tuan Gibran, tugasmu paripurna."
Sayap-sayap lilin telah punah,
dan cinta pada cahaya mengantar rindu,
dalam lubang-lubang baru.
2010
Comments
jd ingin ikutan nulis tentang laron jg saya...^_^