Di Cholula, Di Luar Kota Puebla

Salju yang memucat di kejauhan itu, seperti
kecemasanku sendiri. Ketika tersadar bahwa
ada saatnya sajak ini terlalu angkuh di tengah
kenyataan: bahwa cinta sangat bisa dinyatakan
hanya dengan genggaman tangan - tanpa kata-kata.

Dan Puebla, seolah kota yang jatuh, yang
dihamparkan di bawah gunung, jauh di bawah
patung malaikat pelindung. Dan persislah ia
seperti kata-kata dalam sajak yang selalu
pasrah jika bertemu para pencari makna, para pecinta.

Saat memandang ke arah Cholula, kitalah sepasang
yang kepayang itu. Dari atas jembatan ini, kita saksikan
betapa tangan dan jemari kita terlalu kecil untuk
menggenggam keindahan yang tersaji sebagai
rangkaian imaji yang hendak ditinggalkan,

dan mungkin kelak dilihat kembali
sebagai foto wisata,
atau hanya suatu tanda belaka:
bahwa ada yang bisa diperkatakan,
ada juga yang akan terus dikenang
- sebagai cinta.

2011

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun